Piksel, piksel per inch (ppi) dan ukuran cetak foto

A photograph is only as good as its print.

Kalau foto terbaik anda belum dicetak, alangkah sayangnya. Kalau dulu bicara foto artinya kita bicara lembaran kertas yang dicetak sebagai hasil dari proses kamar gelap, yang lalu diselipkan di album atau dipajang di dinding. Kini di jaman digital yang namanya foto ya apa yang dilihat di layar (monitor, tablet, TV LCD atau digital frame), atau sekedar dilihat di ponsel. Urusan cetak mulai terasa asing khususnya bagi yang bukan menekuni fotografi sebagai profesi.

Tapi dari ribuan file foto digital yang anda simpan di komputer, suatu ketika anda toh akan mencetaknya juga. Gampang, cukup bawa kartu memori atau flash disk yang berisi file foto (misalnya berformat JPG) ke gerai cetak terdekat dan sebut saja mau cetak ukuran berapa. Beres. Tapi nanti dulu, tiba-tiba misalnya, si tempat cetak tersebut mengingatkan kalau foto yang anda serahkan bakal kurang bagus bila dicetak karena hanya 72 dpi. Nah lho, bisa jadi kita tidak siap mau menjawab apa, karena kurang memahami urusan semacam ini.

Jadi apa poin yang mau saya sampaikan di artikel kali ini?

Bahwa faktanya, kita akan ketemu istilah pixel per inch (ppi) dalam urusan mencetak foto. Banyak orang yang lebih suka menyebutnya dengan dpi (dot per inch), meski mirip, tapi dpi dan ppi itu berbeda pemahaman. Piksel per inci secara sederhana artinya resolusi cetak relatif, makin banyak piksel dalam satu inci persegi tentunya makin detil foto yang dicetak. Tapi ingat, semuanya berawal dari piksel. Piksel ini merupakan titik terkecil yang berisi informasi warna dan gambar, semakin banyak pikselnya maka semakin jelas detil dari hasil cetak yang dihasilkan. Piksel memang jadi acuan dalam pembentuk gambar digital, termasuk dalam kamera digital. Piksel dari kamera digital dilihat dari sensornya (lihat gambar disamping), berapa mega piksel (MP) foto digital yang bisa dia rekam. Detail sebuah gambar digital dilihat dari banyaknya piksel horizontal dan vertikal yang dimiliki oleh gambar tersebut.  Sebagai contoh foto dengan piksel sebanyak 3000 x 2000 (atau 6 juta piksel / 6 mega piksel) masih bisa terlihat tajam saat dicetak pada ukuran 10R, tapi foto dengan 1 MP akan tampak pecah dan tidak tajam bila dicetak di kertas 10R. Jadi untuk mendapatkan hasil cetak foto yang baik, paling utama adalah pilihlah resolusi piksel tertinggi yang kita bisa. Hal ini bisa dilakukan dengan memilih image size terbesar yang bisa diambil kamera digital (misal di kamera ada pilihan Large, Medium atau Small maka pilihlah yang Large). Dengan piksel yang banyak akan didapat ketajaman dan transisi gradasi yang halus, serta detil yang terjaga.

Lalu apa hubungan piksel dengan ppi?

Berbeda dengan piksel gambar yang bersifat absolut, ppi ini berkaitan antara piksel dan ukuran cetak. Disini ppi memegang peranan terhadap ukuran cetak sesungguhnya. Satuan ppi menyatakan kerapatan cetakan untuk setiap inci persegi, misalnya gambar digital yang memiliki resolusi 300 ppi memiliki arti bila gambar tersebut dicetak maka setiap 1 inci persegi hasil cetakan akan berisi 300 piksel. Ya saya tahu kita tidak terbiasa dengan ukuran panjang memakai inci, karena dari sejak SD kita tahunya cm, meter dst. Tapi apa boleh buat, disini kita bicara inci ya..

Contoh diatas sebagai ilustrasi titik (dot) dalam satu inci persegi. Tampak dengan 72 titik maka jarak antar titik sangat renggang dan tidak rapat. Dengan 300 titik maka terlihat rapat dan tidak ada celah/gap antar titik yang terlihat. Nah, ukuran ppi ini erat kaitannya dengan perbesaran cetakan. Semakin tinggi ppi dari sebuah gambar maka ukuran cetaknya akan semakin kecil, namun kerapatan gambarnya tinggi (sehingga detailnya juga jelas), sebaliknya semakin rendah ppi maka gambar tersebut ukuran cetaknya akan semakin besar, meski kerapatannya tentu lebih rendah.

Bingung?

Kita ambil contoh. Sebuah foto dengan 6 MP (3000 x 2000 piksel) yang diambil oleh kamera kita pada dasarnya belum bisa diketahui berapa besar hasil cetakannya. Namun bila foto tersebut dilihat file properties-nya maka akan terungkap berapa ppi yang dimilikinya. Kita ambil contoh untuk yang 72 ppi (tipikal kamera DSLR Canon) dan 300 ppi (tipikal kamera DSLR Nikon) :

  • Gambar 3000 x 2000 piksel 72 ppi akan memberikan ukuran cetak 41,7 x 22,7 inci
  • Gambar 3000 x 2000 piksel 300 ppi akan memberikan ukuran cetak 10 x 6,6 inci

Bagaimana perbedaan ini bisa terjadi? Sederhana sekali, ppi akan menjadi penentu ukuran cetak dengan cara membagi piksel. Jadi untuk 72 ppi :

  • 3000 piksel / 72 ppi = 41,7 inci
  • 2000 piksel / 72 ppi = 22,7 inci

dan untuk 300 ppi :

  • 3000 piksel / 300 ppi = 10 inci
  • 2000 piksel / 300 ppi = 6,6 inci

Jadi ternyata foto yang dihasilkan dari dua kamera yang resolusinya sama pun ukuran cetaknya berbeda akibat ppi ini. Misal Canon dengan 72 ppi membolehkan kita mencetak ukuran lebih besar, sedang Nikon dengan 300 ppi hanya memungkinkan kita untuk mencetak dalam ukuran kecil.  Padahal bila dilihat di monitor komputer, gambar 3000 x 2000 piksel itu tidak ada bedanya antara yang 72 ppi maupun yang 300 ppi.

Bukannya setiap foto bisa dicetak ukuran berapa saja sesuka kita?

Ya, bisa saja. Karena proses cetak dibantu dengan program pengolah gambar, misalkan Photoshop jadi semua bisa diatur  Anggaplah dari contoh diatas,  foto 6 mega piksel tapi dengan resolusi cetak 300 ppi (yang artinya ukuran cetaknya adalah 10 x 6,6 inci), hendak dicetak lebih besar, misalnya 41,7 x 27,7 inci. Yang bisa dilakukan dengan memakai program komputer adalah, foto itu  dirubah ppi-nya dari 300 ppi ke 72 ppi, maka otomatis ukuran cetaknya akan menjadi sebesar 41,7 x 27,7 inci. Lihat contohnya pada gambar disamping (lucunya contoh disamping memakai istilah dpi bukannya ppi). Hanya dengan merubah ppi maka ukuran cetak langsung berubah.

Tapi ada kabar tidak enaknya memakai 72 ppi. Hasil penurunan ppi dari 300 ke 72 ini tentunya akan menyebabkan kerapatan detil cetakannya jadi menurun. Ini akan jadi masalah bagi anda yang menikmati hasil cetakan dari jarak dekat, tapi tidak jadi masalah buat yang melihat hasil cetak dari jarak yang lebih jauh. Coba renungkan dulu, dari jarak berapa sih anda mau melihat foto ukuran besar? Menurut anda iklan billboard raksasa yang ada di jalanan (yang suka jatuh menimpa mobil kalau terkena angin ribut) dicetak pakai berapa ppi? Karena dilihat dari jauh, maka ppi kecil tidak masalah.  Jadi rahasia cetak billboard di jalanan adalah memakai ppi yang sangat rendah, misalnya 12 ppi. Toh anda melihatnya dari mobil, bukan naik ke papan reklame dan melihatnya dari jarak dekat kan?

Saya maunya tetap 300 ppi. Bagaimana supaya foto saya bisa dicetak lebih besar?

Interpolasi, lakukan resample. Cara untuk merubah ukuran cetak tanpa merubah ppi adalah dengan melakukan interpolasi piksel. Untuk bisa dicetak ukuran sebesar 41,7 x 27,7 inci maka gambar dengan ukuran 3000 x 2000 piksel harus diinterpolasi atau dinaikkan jumlah pikselnya dengan cara resample. Dengan Photoshop kita bisa memilih mau dicetak ukuran berapa, dan berapa ppi. Lalu pilih teknik resample yang disukai (biasanya bicubic) dan apa yang terjadi? Piksel foto tadi akan menjadi (ambil kalkulator ya) :

  • Sisi panjang adalah 41,7 inci x 300 dpi atau 12510 piksel
  • Sisi pendek adalah 27,7 inci x 300 dpi atau 8160 piksel

Artinya gambar 3000 x 2000 piksel (6 MP) 300 ppi harus diinterpolasi menjadi gambar 12510 x 8160 piksel (102 MP !!) supaya bisa dicetak seukuran 55,5 x 41,6 inci. Hal ini akan menyebabkan ukuran file gambar tersebut akan melonjak drastis menjadi sangat besar bisa mencapai ratusan mega byte untuk setiap gambarnya. Satu keping CD bisa-bisa hanya cukup untuk menampung satu atau dua foto hasil interpolasi ini.

Jangan salah. Piksel yang melonjak dari 6 MP ke 102 MP bukan berarti kita mendapat foto yang lebih detail. Photoshop tidak bisa menciptakan ekstra detail dari foto yang sudah jadi. Photoshop hanya menciptakan piksel yang tidak punya makna, hanya supaya foto tersebut jadi bisa dicetak lebih besar. Piksel ‘fiktif’ inilah yang menyebabkan ukuran file jadi melonjak luar biasa.

Saya semakin bingung.

Ya sudah, memang wajar kok. Intinya sih tidak usah pusing sama urusan ini. Sekedar tahu kalau urusan cetak foto digital ternyata banyak hal yang perlu dikenali dan dipahami. Kamera digital menyimpan foto dalam bentuk piksel, printer mengkonversi piksel tadi menjadi cetakan foto. Kita yang menentukan kebutuhan ukuran cetak kita dan menyadari kompromi dari pilihan itu.

Kamera digital jaman sekarang sudah sangat bagus dalam hal resolusi sensor, artinya jarang kita temui sensor yang dibawah 10 MP seperti contoh yang sedang kita bahas (padahal dulu sensor 10 MP adalah barang mewah). Dengan foto digital minimal 10 MP, kualitas cetak akan sangat baik dan detil, gradasi yang halus dan tidak terlihat kotak-kotak (pixelated). Untuk cetak ukuran 10R (atau kira-kira seukuran kertas A4) tidak perlu pusing soal hal-hal teknis semacam ppi. Bila foto anda mau dicetak lebih besar dari 10R, barulah cermati kalau layanan cetak foto biasanya meminta foto dengan 300 ppi untuk hasil terbaik. Bila anda punya waktu, cek lagi apakah foto yang ingin dicetak memang sudah 300 ppi. Bila belum maka akan dilakukan upaya resample. Foto yang mega pikselnya tinggi, bila diinterpolasi masih akan terlihat bagus, namun gambar yang pikselnya kurang bila diinterpolasi akan menjadi pecah dan kekurangan detil. Perlu diingat juga kalau interpolasi hanya menambah jumlah piksel tapi tidak bisa menambah detil foto.

Terakhir perhatikan juga kalau file JPG tersebut dikompres seminimal mungkin, sekitar 90-95 % untuk setting quality-nya. File JPG yang diset dengan kualitas dibawah 80% akan menghasilkan gambar yang kualitas rendah, banyak artefak dan warnanya sudah pudar dan tidak cocok untuk dicetak.

Kalau sudah begini, saya jadi rindu masa-masa fotografi film. Serahkan roll filmnya, duduk 30 menit dan langsung nikmati hasil cetaknya…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *