Mengenal tentang Computational Camera
Kamera digital semakin canggih, itu kita semua sudah tahu. Tapi tahukah anda apa faktor yang menyumbang kecanggihan pada kamera masa kini? Ya, komputasi prosesor dan software didalamnya semakin meningkat, seiring kecanggihan manufaktur chip prosesor komputer di dunia. Maka tak heran kalau kamera masa kini bisa memproses data dalam jumlah banyak seperti rekam video 4K, melakukan koreksi foto otomatis, pengenalan wajah dan mata, tracking dan prediksi gerakan dan banyak lagi.
Kamera yang dulu sejatinya hanyalah kotak kosong tertutup (kedap cahaya), yang baru bisa menghasilkan foto bila dipasangi lensa dan film, kini berubah total menjadi peranti rumit dengan tingkat presisi tinggi, sensitivitas cahaya yang sangat baik, punya ketepatan dan kekayaan reproduksi warna hingga mampu menghasilkan foto dan video yang mengesankan. Peran komputer sudah banyak masuk ke kamera masa kini seperti HDR di kamera, sweep panorama, optimalisasi gambar otomatis dsb. Tak heran kalau harganya juga terus naik, sebagai timbal balik dari riset dan biaya pengembangan oleh sang produsen.
Lalu what’s next? Bila saat ini kamera pun masih punya keterbatasan akibat hukum fisika dan sifat alami optik, maka di masa depan peran komputer di dalam kamera bisa mengatasi semua limitasi yang kita biasa rasakan. Apalagi era AI saat ini mulai dirasakan, chip komputer bukan cuma menjadi pengolah data berkecepatan tinggi tapi juga mulai punya kecerdasan sendiri, mengenali bentuk, skala, perspektif, fokus, warna dan hal-hal lain yang berkaitan dengan elemen visual.
Lalu apa untungnya untuk kita? Apa yang akan terjadi kalau kamera nan canggih itu kita pakai untuk memotret? Ya tentu tergantung tujuannya. Tapi mungkin kita akan tercengang melihat antara bagaimana cara memotretnya dan seperti apa hasilnya. Bisa jadi berbeda sekali dengan cara biasa, mungkin tidak lagi memenuhi kaidah teknis memotret yang ada saat ini.
Ironisnya yang bisa dibilang kamera yang punya kemampuan komputasional yang cukup baik justru ada di kamera ponsel. Salah satu sebabnya adalah dana RnD yang besar terus dikucurkan oleh produsen seperti Apple untuk membuat ponsel makin bagus hasil fotonya. Juga kebetulan eranya sudah sampai di kecepatan prosesor yang tinggi dengan banyak inti didalam chipnya. Sebutlah misalnya ponsel modern kini punya 2 lensa untuk memproses informasi yang lengkap sehingga hasilnya bisa seperti pakai kamera betulan (misalnya dalam hal depth of field, atau bokeh). Atau yang paling sederhana saja, ponsel bahkan bisa membuat foto orang yang selfie bisa lebih cantik dari aslinya 🙂
Maka satu persatu baik dalam wujud konsep penelitian ataupun purwarupa hingga produk yang tersedia secara komersial bisa kita temui beritanya. Salah satu yang terkenal mungkin adalah Lytro, kamera yang bisa mengatur fokus belakangan. Lalu ada Light16, kamera dengan banyak lensa yang bisa mensimulasi berbagai fokal lensa dan aperture effect. Kamera lain yang lebih umum misalnya kamera dengan 360 derajat yang dipadukan dengan VR.
Dalam hal penelitian, kita tidak lagi heran saat para mahasiswa menemukan cara untuk merancang kamera yang punya kecerdasan lebih. Misalnya mengkoreksi perspektif, menghilangkan orang-orang yang tidak diinginkan, hingga mengatasi kekurangan lensa. Bila sudah begini, tinggal pintar-pintarnya kita saja menempatkan diri sebagai fotografer di satu sisi (yang belajar tentang visual : keindahan, skala, perspektif, depth of field dsb) dan manusia modern yang terbuka pada kecanggihan teknologi dan memanfaatkan teknologi itu untuk kemudahan kita.